Ada banyak pertanyaan yang diungkapkan ketika rombongan pimpinan dan pengurus Pondok Pesantren Haramain, Lombok, Nusa Tenggara Barat berkunjung di Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Ar-Roihan Lawang pada Jumat (19/7). Pertanyaan tentang bagaimana identifikasi awal anak berkebutuhan khusus, penanganan dan terapi, serta evaluasi terhadap anak berkebutuhan khusus dijawab dengan detail oleh Kepala MIT Ar-Roihan Lawang, Lailil Qomariah.
MIT Ar-roihan Lawang memang menjadi rujukan banyak sekolah dan instansi yang ingin belajar dan mengetahui sejauh mana pendidikan inklusi diterapkan di madrasah ini. Seperti diketahui bahwa sejak ditetapkan sebagai madrasah inklusi dengan SK Dirjen Pendis Nomor 3211 tahun 2016, MIT Ar-Roihan sering sekali menerima tamu perorangan, instansi, sekolah/madrasah, dan universitas yang melakukan study banding baik dari Jawa maupun luar Jawa, seperti dari Lampung, Sulawesi, NTB, hingga Papua.
Rombongan dari Ponpes Haramain Lombok pada kesempatan itu juga diajak berkeliling ke kelas-kelas melihat dari dekat pembelajaran inklusi dilaksanakan. Pada tiap kelas di MIT Ar-Roihan Lawang, sekurang-kurangnya terdapat 2 anak berkebutuhan khusus (ABK) yang didampingi oleh shadow teacher. Tergantung dari jenis kebutuhan khusus anak, satu shadow teacher bisa menghandle 2 anak, tetapi yang paling umum satu shadow teacher untuk mendampingi satu anak. Demikian yang dijelaskan oleh koordinator inklusi di MIT Ar-Roihan, Ana Akhirul yang mengenyam latar belakang psikologi.
Sementara itu jenis anak berkebutuhan khusus yang ada di MIT Ar-Roihan Lawang amat beragam. Mulai dari slow learner, autis, ADHD, cerebal palsy, down syndrom, hingga tuna rungu bisa berkesempatan untuk bersekolah di madrasah ibtidaiyah ini. Bahkan di antara ABK ada juga yang menorehkan prestasi, misalnya di kejuaran robotik dan menggambar.
Pada kesempatan itu juga ditandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara Ponpes Haramain Lombok yang diwakili oleh Baiq Widia Nita Kasih dengan Kepala MIT Ar-Roihan Lawang, Lailil Qomariah. Klausul yang disepakati antara lain pihak MIT Ar-roihan akan memberikan tempat bagi pengajar Ponpes Haramain Lombok untuk magang di madrasah ibtidaiyah ini.
Lailil Qomariah pada sambutannya mengatakan bahwa ini adalah awal sinergi yang baik untuk mengembangkan pendidikan inklusi dan ramah anak. Khususnya bagi lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia.